Ngentot Janda Anak Satu Berjilbab
Cerita Dewasa Terbaru - Ngentot Janda Anak Satu Berjilbab
Biasanya aku
memanggil dengan kata Rina dan kisah ini terjadi 2 tahun yang lalu, yaitu
dengan teman kantorku dengan status janda beranak 1, aku diam diam tertarik
dengannya walaupun dia sudah janda dalam pikiranku pastinya dia berpengalaman
dalam urusan ranjang, wajahnya yang biasa saja tubuhnya mungil ukuran
payudaranya juga sedang sedang saja.
Sebagai seorang janda Rina nampaknya sangat haus akan belaian seorang pria,
dan tampaknya dia tertarik padaku. Hal ini kuketahui dari pandangannya padaku
dan cara dia memperlakukanku. Kadang ia memandangiku dan berusaha memegang
tanganku bila sedang ngobrol berdua dengannya.
Sebagai seorang lelaki normal aku senang sekali dengan perlakuan seperti itu, makin hari dia makin dekat denganku, makan siang berdua, pegang-pegang tangan, bahkan setalah beberapa lama ia tak segan-segan lagi untuk mencium pipiku…bahkan sampai mencium bibirku.
Suatu hari Rina tidak masuk kerja karena sakit, dan karena urusan pekerjaan aku harus menemuinya, hari itu aku menghubunginya untuk menyanyakan keadaannya dan bertanya apakah aku dapat bertemu dengan dia karena ada beberapa laporan yang butuh tanda-tangannya.
Singkat cerita aku berangkat menuju rumahnya, dalam perjalanan aku membayangkan kira-kira apa yang akan terjadi nanti? Aku mengetuk pintu rumahnya beberapa kali, kemudian pintu rumah itu terbuka dan muncul anak laki-laki mengenakan seragam smp, ternyata ia anak Rina.
“eh…om Roni, masuk om…”, sapanya sambil mempersilahkan aku masuk. “ibu ada de?…, tadi om sudah telepon dan janji ketemu ibu kamu…” tanyaku.
“ada, Ibu sedang di kamar, sebentar ya Saya panggilkan…” jawabnya, kemudian anak itu melangkah menuju kamar Rina dan berteriak “Buu…., ada tamu tuh dari kantor…om Roni…”
Pintu kamar pun terbuka dan muncullah Rina, wajahnya tampak berbeda dari yang biasa kulihat, raut wajahnya sayu, dan perbedaanya adalah karena ia sekarang tidak mengenakan jilbab. Rambutnya pendek sehingga dengan jelas menampakkan lehernya yang jenjang.
Saat itu Rina mengenakan kimono pink bermotif bunga.
“Bu, aku berangkat sekolah dulu ya…” ujar Anaknya sambil mencium tangan Rina “Ya…, hati2 di jalan ya de…, salam dulu tuh ke om Roni” ujar Rina.
Anaknya pun lalu menghampiriku dan berpamitan sambil mencium tanganku,
“Ade pergi dulu ya om…” “Ya…”, ujarku singkat. Lalu ia berlalu meninggalkan kami berdua, otakku mulai ngeres…wah kebetulan nih anaknya pergi sekolah, jadi aku bisa bermesraan dengan Ibunya…, namun aku berusaha menahan diri,
“Gimana Rina, udah enakan? maaf ya aku mengganggu, soalnya laporan ini harus masuk hari ini” ujarku basa basi
“Ya..lumayan deh, tapi masih sedikit pusing, mana berkasnya biar aku tandatangani”, jawab Rina sambil berjalan kearahku.
Kami duduk berhadapan, kemudian ia mengambil berkas yang aku sodorkan lalu mulai menandatanganinya. Karena posisi Rina agak menunduk, maka dengan jelas aku dapat melihat belahan dadanya dari sela-sela kimononya yang longgar, dan ternyata Rina tidak memakai BH sehingga putingnya tampak menonjol.
Aku menatapnya tanpa berkedip, ukurannya memang tidak besar tapi bentuknya terlihat masih kencang dan terasa sangat menantang untuk diremas.
“Hey…, lagi liatin apa?”, ujar Rina mengagetkan ku. “nggak kok, aku sedang memperhatikan tanda tanganmu…” kilahku
“Tanda tangan atau payudaraku?” kata Rina kemudian sambil tersenyum. “hehehe…, itu…, belahan payudaramu kelihatan sedikit…, sayang kalau aku melewatkannya…”, candaku.
“ah kamu…, nih sudah selesai…”, ujar Rina sambil menyodorkan kembali berkas-berkas padaku. “ya sudah aku langsung ke kantor lagi ya…” kataku sambil memasukan berkas-berkas tadi kedalam tas.
“Nanti dulu lah, kamu kan baru saja datang…, lagian aku mau minta tolong sediki”… jawab Rina sambil bergerak mendekatiku dan memegang tanganku. “Tolong pijitin aku ya ron, badanku pegal-pegal…sakit smua.., sebentar aja..” pinta Rina sambil menarik tanganku bergerak menuju kamarnya.
Bagai kerbau dicocok hidungnya aku pun menuruti kemauannya, sesampainya di kamar dia menarik pinggangku sehingga posisi kami saling berhadap-hadapan dengan jarak yang sangat dekat, wajahnya berada sangat dekat dengan wajahku lalu kemudian bibirnya tiba2 mencium bibirku, tangannya memegang bagian belakang kepalaku dan menariknya seakan menyuruhku untuk terus mengulum bibirnya.
Lidahnya bermain-main di mulutku membuat nafsuku perlahan bangkit. Kemudian aku menarik bibirku dan melepas ciumanku, lalu aku berkata “katanya mau pijit…kok malah ngajak cipokan?” “hehehe…abis aku kangen ron, lagian kita kan jarang-jarang berduaan gini…” ujarnya
Kemudian dia menarik tali pengikat kimononya lalu melepas kimononya membiarkannya terjatuh dilantai, tersembullah kedua buah dada yang tadi kuintip, dan dia ternyata tidak menggunakan bra, tetapi masih menggunakan cd-nya…, bentuk tubuhnya sangat ideal, perut yang langsing, buah dada dan pantat yang masih kencang.
“kamu tadi ngintip ini kan?…” katanya sambil menarik tanganku ke buah dadanya, lalu meremaskan tanganku di buah dadanya itu.
“ayo sekarang liat deh sepuasnya, ga usah ngintip…” tangan kananku meremas- remas buah dada kanannya dan mulutku dengan sigap menghisap puting kirinya, mencium dan menjilatinya dengan rakus, sementara tangan kiriku mulai bergerak meremas-remas bongkahan pantat Rina.
“Sssshhh….aahhh…”, Rina sedikit merintih ketika aku menghisap puting susunya, lalu tangannya bergerak mencari- cari retsleting celanaku, membukanya, melepaskan ikat pinggangku lalu memelorotkan celana dalamku, otomatis burungku yang telah berdiri langsung menyembul.
Rina merubah posisinya menjadi berjongkok, kemudian ia mencium kemaluanku, menjilati dan menghisapnya…”..arrgghhh… .enak Rin”, aku melenguh keenakan… Sambil berjongkok Rina terus mengulum dan menghisap- hisap penisku
Sambil tangannya meremas-remas pantatku, sebagai seorang janda nampaknya ia sangat merindukan kontol lelaki, sehingga saat menemukannya seolah ia tak mau berhenti menikmatinya…
Beberapa saat kubiarkan Rina bermain-main dengan senjataku, bahkan aku sangat menikmati permainannya…, jilatan dan hisapannya membuat nafsuku makin tak terbendung. Aku angkat badannya dan merebahkannya di tempat tidur…, kini kami bergulat dengan posisi 69, Rina berada dibawah terus mengulum dan menghisap penisku, sementara aku menjilati kemaluannya dari luar celana dalamnya yang sudah basah.
Kutarik
cdnya dan Rina mengangkat pantatnya keatas sehingga memudahkan aku untuk
melepaskannya…, kujilati klitoris Rina dengan perlahan “sssshhh….aahhhh….”
desahannya semakin keras ketika kujilati labianya yang sudah amat basah dan
berdenyut-denyut, pantatnya bergelinjang kian kemari.
Denyutan di
memeknya itu makin kuat seiring makin kerasnya desahan Rina, Tak lama kemudian,
“Aaaahhh….aaghh….oohhhh…ron…..” rupanya Rina sudah mendapatkan orgasme
pertamanya, kurasakan cairan keluar dari memek Rina… kujilati terus dan terus
sehingga tidak ada yang tersisa…
Aku segera
berbalik dan memposisikan kontolku di lubang vagina Rina. Kugesek- gesekan
perlahan kepala kontolku di bibir kemaluannya, Rina menggelinjang-gelinjang seolah
tak sabar untuk merasakan burungku masuk ke lubang kenikmatannya.
“…
shhhh..ooohhh…ayo dong ron…tunggu apa lagi…” Perlahan kumasukan kontolku ke
vagina Rina…, blessssshhh….karena sudah basah maka tanpa hambatan burungku
menerobos liang senggama janda berjilbab ini, kutusuk-tusuk perlahan dan mulai
gerakan memompa vagina Rina.
“aaahhhh…
ohhhh…” Rina mulai merintih- rintih merasakan kenikmatan yang sekian lama tidak
pernah dirasakannya, pantatnya bergoyang-goyang bergerak mengikuti irama
permainan dan tusukan kontolku ke dalam memeknya.
Beberapa
saat kami bercinta dalam posisi missionari ini, aku akui walaupun berpredikat
sebagai seorang janda beranak satu, namun jepitan vagina Rina masih terasa kuat
mencengkram penisku yang berukuran sedang, tidak terlalu besar tetapi juga
tidak kecil seperti rata-rata ukuran kemaluan orang indonesia.
Bahkan
vagina Rina terasa dapat memijit mijit batang kemaluanku, sehingga kemaluanku
serasa diperas oleh vaginanya. Kemudian aku merubah posisi bercinta ini menjadi
doggy style, kumasukkan kontolku ke vagina Rina dari arah belakang sambil
meremas- remas pantatnya.
Dalam posisi
ini aku merasakan kenikmatan yang lebih dahsyat, mungkin dikarenakan dalam
posisi ini vagina Rina lebih menjepit kontolku dibanding posisi missionary. Rina
terus menggerakan pingulnya kedepan dan kebelakang, buah dadanya bergantung dan
sesekali aku meremas dengan tanganku.
“…
oouugghhh….shhhh…ttterus ron…aku sudah mau keluar….” desahan dan rintihan Rina
semakin menjadi membuat aku semakin bernafsu dan mempercepat irama kocokanku…
”plok…plok…plok…”
suara selangkanganku yang beradu dengan pantatnya seiring gerakan pompaanku…
“….aaaahhh…enak
Rin, memekmu luar biasa….” aku mulai meracau merasakan sesuatu yang menjalar
seolah akan meledak di ujung kepala kemaluanku,
“….ssshhh…
arrrghh..” Kemudian kurubah lagi posisiku, kubalikan lagi badan Rina, ku angkat
kakinya sehingga menyentuh dadanya, dalam posisi ini vagina Rina terlihat lebih
jelas, buah dadanya dan ekspresi wajahnyapun dapat kulihat dengan jelas
Kumasukan
lagi kontolku sambil memegang dan menekan kedua kakinya ke bahunya, tanganku
meremas-remas kedua buah dadanya yang semakin keras, bibirku mengulum bibirnya
dan menyedot-nyedot lidahnya…, tusukanku semakin kupercepat dan rasanya ujung
kepala kontolku telah mentok di rahimnya,
Desahan Rina
semakin menjadi merasakan kenikmatan yang luar biasa “….shhhhh… aaahhhh….a yo
ron aku sedikit lagi keluar…”, Rina menggoyang pantat dan pinggulnya berlawanan
dengan gerakan tusukan kontolku di memeknya…”aaaahhh… aahhh… “…, beberapa saat
kemudian aku merasa tak kuat lagi menahan lahar yang akan kusemburkan kedalam
vagina Rina, seluruh tubuhku bergetar ketika merasakan sensasinya…
“…oooohhhh…
aku keluar Rin… aahhhhh…”…, kutancapkan dalam-dalam kontolku di lubang senggama
Rina, Rina pun merintih merasakan tumpahan lahar panasku jauh didalam liang
vaginanya…
”
….arrrghhhh…nikmat sekali roooonn….”…, akupun memeluknya erat-erat dan tak
merubah posisiku beberapa saat….”aaahhh…” burungku berkedutan melepas sisa-sisa
mani dari kontolku…, setelah beberapa saat akupun melepaskan pelukanku dan
berbaring disisinya… “Makasih ya…”, bisik Rina perlahan.
Kemudian ia
memelukku dari samping dan kepalanya bersandar di dadaku…, kamipun terdiam
sesaat…seolah terhanyut oleh lamunan kami masing2… Jujur saat itu aku termenung
sekaligus gembira…karena akhirnya aku berhasil meniduri sang janda berjilbab…
hehehe.
Aku jadi
ingat video smu bispak yang juga menggunakan jilbab, ternyata jilbab bukan
kepribadian nya dia menggunakannya justru karena sekolah, kesehariannya tentu
tidak, inilah yang aku sesalkan, sebuah simbol agama menjadi masalah. seharunya
tidak, pintar pintar kitalah menyikapi seks janda berjilbab , status janda atau
jilbab apalagi janda berjilbab.
