Cerita Dewasa - Tetangga
CERITA DEWASA - Aku pikir tidak perlu aku sebutkan nama dan tempat ku yang
pastinya aku akan berbagai pengalam cerita sexku , usiaku yang mau mendekati
kepala empat ini kalau di pikir pikir aku seharusnya sudah punya anak, aku dan
istriku sudah menikah selma 10 tahun, begitu wajahku yang tidak ganteng tubuh
saya kayak orang cacingan.
Tapi aku sungguh beruntung mendapatkan istri yang begitu
cantik membuat para tetangga pada iri
denganku bisa dikatakan istriku paling cantik di lingkungannya. Istriku bernama Nita Isteriku Ada
satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi.
denganku bisa dikatakan istriku paling cantik di lingkungannya. Istriku bernama Nita Isteriku Ada
satu kebiasaanku yang mungkin jarang orang lain miliki, yaitu keinginan sex yang tinggi.
Mungkin para pembaca tidak percaya, kadang-kadang pada siang
hari selagi ada tamu pun sering saya mengajak isteri saya sebentar ke kamar
untuk melakukan hal itu. Yang anehnya, ternyata isteriku pun sangat
menikmatinya. Walaupun demikian saya tidak pernah berniat jajan untuk
mengimbangi kegilaanku pada sex. Mungkin karena belum punya anak, isteriku pun
selalu siap setiap saat.
Kegilaan ini dimulai saat hadirnya tetangga baruku, entah
siapa yang mulai, kami sangat akrab. Atau
mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.
mungkin karena isteriku yang supel, sehingga cepat akrab dengan mereka. Suaminya juga sangat baik, usianya kira-kira sebaya denganku. Hanya isterinya, woow busyet.., selain masih muda juga cantik dan yang membuatku gila adalah bodynya yang wah, juga kulitnya sangat putih mulus.
Mereka pun sama seperti kami, belum mempunyai anak. Mereka
pindah ke sini karena tugas baru suaminya yang ditempatkan perusahaannya yang
baru membuka cabang di kota tempatku.
Aku dan isteriku biasa memanggil mereka Mas Seno dan Mbak Desia.
Selebihnya saya tidak tahu latar
belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.
belakang mereka. Boleh dibilang kami seperti saudara saja karena hampir setiap hari kami ngobrol, yang terkadang di teras rumahnya atau sebaliknya.
Pada suatu malam, saya seperti biasanya berkunjung ke
rumahnya, setelah ngobrol panjang lebar, Seno menawariku nonton VCD blue yang
katanya baru dipinjamnya dari temannya. Aku pun tidak menolak karena selain
belum jauh malam kegiatan lainnya pun tidak ada. Seperti biasanya, film blue
tentu ceritanya itu-itu saja. Yang membuatku kaget, tiba-tiba isteri Seno ikut
nonton bersama kami.
“Waduh, gimana ini Sen..?”Nggak enak nih..!”
“Nggak apa-apalah Mas, toh itu tontonan kok, nggak bisa dipegang. Kalau Mas nggak keberatan, Mbak diajak sekalian.” katanya menyebut isteriku.
Aku tersinggung juga waktu itu. Tapi setelah kupikir-pikir, apa salahnya? Akhirnya aku pamit sebentar untuk memanggil isteriku yang tinggal sendirian di rumah.
“Gila kamu..! Apa enaknya nonton gituan kok sama tetangga..?” kata isteriku ketika kuajak.
Akhirnya aku malu juga sama isteriku, kuputuskan untuk tidak kembali lagi ke rumah Seno.
Mendingan langsung tidur saja supaya besok cepat bangun.
Paginya aku tidak bertemu Seno, karena sudah lebih dahulu berangkat. Di teras
rumahnya aku hanya melihat isterinya sedang minum teh. Ketika aku lewat, dia
menanyaiku tentang yang tadi malam. Aku bilang Nita tidak mau kuajak sehingga
aku langsung saja tidur.
Mataku jelalatan menatapinya. Busyet.., dasternya hampir
transparan menampakkan lekuk tubuhnya yang sejak dulu menggodaku. Tapi ah..,
mereka kan tetanggaku. Tapi dasar memang pikiranku sudah tidak bersih, kutunda
keberangkatanku ke kantor, aku kembali ke rumah menemui isteriku.
Seperti biasanya kalau sudah begini aku langsung menarik
isteriku ke tempat tidur. Mungkin karena
sudah biasa Nita tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku
bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Nita kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot
sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu
tidak terpikirkan olehku lagi.
sudah biasa Nita tidak banyak protes. Yang luar biasa adalah pagi ini aku benar-benar gila. Aku
bergulat dengan isteriku seperti kesetanan. Kemaluan Nita kujilati sampai tuntas, bahkan kusedot
sampai isteriku menjerit. Edan, kok aku sampai segila ini ya, padahal hari masih pagi.Tapi hal itu
tidak terpikirkan olehku lagi.
Isteriku sampai terengah-engah menikmati apa yang kulakukan
terhadapnya. Nita langsung memegang kemaluanku dan mengulumnya, entah
kenikmatan apa yang kurasakan saat itu. Sungguh, tidak dapat kuceritakan.
“Mas.., sekarang Mas..!” pinta isteriku memelas.
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Nita. Dan tempat tidur kami pun ikut
bergoyang.
Akhirnya aku mendekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Nita. Dan tempat tidur kami pun ikut
bergoyang.
Setelah kami berdua sama-sama tergolek, tiba-tiba isteriku
bertanya,
“Kok Mas tiba-tiba nafsu banget sih..?”
Aku diam saja karena malu mengatakan bahwa sebenarnya Desia
lah yang menaikkan tensiku pagi ini. Sorenya Seno datang ke rumahku,
“Sepertinya Mas punya kelainan sepertiku ya..?” tanyanya
setelah kami berbasa-basi.
“Maksudmu apa Sen..?” tanyaku heran.
“Isteriku tadi cerita, katanya tadi pagi dia melihat Mas dan
Mbak Nita bergulat setelah ngobrol
dengannya.”
dengannya.”
Loh, aku heran, dari mana Desia nampak kami melakukannya? Oh
iya, baru kusadari ternyata jendela kamar kami saling berhadapan.
Seno langsung menambahkan,
“Nggak usah malu Mas, saya juga maniak Mas.” katanya tanpa
malu-malu.
“Begini saja Mas,” tanpa harus memahami perasaanku, Seno
langsung melanjutkan,
“Aku punya ide, gimana kalau nanti malam kita bikin
acara..?”
“Acara apa Sen..?” tanyaku penasaran.
“Nanti malam kita bikin pesta di rumahmu, gimana..?”
“Pesta apaan..? Gila kamu.”
“Pokoknya tenang aja Mas, kamu cuman nyediain makan dan
musiknya aja Mas, nanti minumannya saya yang nyediain. Kita berempat aja,
sekedar refing ajalah Mas, kan Mas belum pernah mencobanya..?” Malamnya, menjelang pukul 20.00, Seno bersama isterinya
sudah ada di rumahku. Sambil makan dan minum, kami ngobrol tentang masa muda
kami. Ternyata ada persamaan di antara kami, yaitu menyukai dan cenderung
maniak pada sex.
Diiringi musik yang disetel oleh isteriku, ada perasaan yang
agak aneh kurasakan. Aku tidak dapat
menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Seno dari rumahnya.
menjelaskan perasaan apa ini, mungkin pengaruh minuman yang dibawakan Seno dari rumahnya.
Tiba-tiba saja nafsuku bangkit, aku mendekati isteriku dan
menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak begitu kencang terasa seperti menyelimuti
pendengaranku. Kulihat Seno juga menarik isterinya dan menciumi bibirnya. Aku
semakin terangsang, Nita juga semakin bergairah. Aku belum pernah merasakan perasaan
seperti ini.
Tidak berapa lama Nita sudah telanjang bulat, entah kapan
aku menelanjanginya. Sesaat aku merasa bersalah, kenapa aku melakukan hal ini
di depan orang lain, tetapi kemudian hal itu tidak terpikirkan olehku lagi.
Seolah-olah nafsuku sudah menggelegak mengalahkan pikiran normalku.
Kuperhatikan Seno perlahan-lahan mendudukkan Desia di meja
yang ada di depan kami, mengangkat rok yang dikenakan isterinya, kemudian
membukanya dengan cara mengangkatnya ke atas. Aku semakin tidak karuan memikirkan
kenapa hal ini dapat terjadi di dalam rumahku.
Tetapi itu hanya sepintas, berikutnya aku sudah menikmati
permainan itu. Desia juga tinggal hanya
mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.
mengenakan BH dan celana dalamnya saja, dan masih duduk di atas meja dengan lutut tertekuk dan terbuka menantang.
Perlahan-lahan Seno membuka BH Desia, tampak dua bukit putih
mulus menantang menyembul setelah penutupnya terbuka.
“Kegilaan apa lagi ini..?” batinku.
Seolah-olah Seno mengerti, karena selalu saya perhatikan
menawarkan bergantian denganku Kulihat isteriku yang masih
terbaring di sofa dengan mulut terbuka menantang dengan nafas tersengal menahan
nafsu yang menggelora, seolah-olah tidak keberatan bila posisiku digantikan
oleh Seno.
Kemudian kudekati Desia yang kini tinggal hanya mengenakan
celana dalam. Dengan badan yang sedikit gemetar karena memang ini pengalaman
pertamaku melakukannya dengan orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus
dengan lembut.
Sementara Seno kulihat semakin beringas menciumi sekujur
tubuh Nita yang biasanya aku lah yang
melakukannya.
melakukannya.
Perlahan-lahan jari-jemariku mendekati daerah kemaluan Desia.
Kuelus bagian itu, walau masih tertutup celana dalam, tetapi aroma khas
kemaluan wanita sudah terasa, dan bagian tersebut sudah mulai basah.
Perlahan-lahan kulepas celana dalamnya dengan hati-hati
sambil merebahkan badannya di atas meja.
Nampak bulu-bulu yang belum begitu
panjang menghiasi bagian yang berada di antara kedua paha Desia ini.
“Peluklah aku Mas, tolonglah Mas..!” erang Desia seolah
sudah siap untuk melakukannya.
Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini.
Tetapi aku tidak melakukannya. Aku ingin memberikan kenikmatan yang betul-betul kenikmatan kepadanya malam ini.
Kutatapi seluruh bagian tubuh Desia yang memang betul-betul
sempurna. Biasanya aku hanya dapat
melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi
dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi
dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja.
Kemudian kujilati seluruhnya tanpa sisa, sementara tangan
kiriku meraba kemaluannya yang ditumbuhi bulu hitam halus yang tidak begitu
tebal. Bagian ini terasa sangat lembut sekali, mulut kemaluannya sudah mulai
basah. Perlahan kumasukkan jari telunjukku ke dalam.
“Sshh.., akh..!” Desia menggelinjang nikmat.
Kuteruskan melakukannya, kini lebih dalam dan menggunakan
dua jari, Desia mendesis.
Kini mulutku menuju dua bukit menonjol di dada Desia,
kuhisap bagian putingnya, tubuh Desia bergetar panas. Tiba-tiba tangannya
meraih kemaluanku, menggenggam dengan kedua telapaknya seolah takut lepas.
Posisi Desia sekarang berbaring miring, sementara aku
berlutut, sehingga kemaluanku tepat ke mulutnya. Perlahan dia mulai menjilati
kemaluanku. Gantian badanku sekarang yang bergetar hebat.
Desia memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Ya ampun,
hampir aku tidak sanggup menikmatinya. Luar biasa enaknya, sungguh..! Belum
pernah kurasakan seperti ini. Sementara di atas Sofa Seno dan isteriku seperti
membentuk angka 69.
Nita ada di bawah sambil mengulum kemaluan Seno, sementara Seno
menjilati kemaluan Nita. Napas kami berempat saling berkejaran, seolah-olah
melakukan perjalanan panjang yang melelahkan. Bunyi Music yang entah sudah
beberapa lagu seolah menambah semangat kami.
Kini tiga jari kumasukkan ke dalam kemaluan Desia, dia
melenguh hebat hingga kemaluanku terlepas dari mulutnya. Gantian aku sekarang
yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit di antara kedua belah
pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke
dalam kemaluannya sambil kupermainkan di dalamnya. Aroma dan rasanya semakin
memuncakkan nafsuku. Sekarang Desia terengah-engah dan kemudian menjerit
tertahan meminta supaya aku seSena memasukkan kemaluanku ke lubangnya.
Cepat-cepat kurengkuh kedua pahanya dan menariknya ke bibir
meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar supaya aku dapat
memasukkan kemaluanku sambil berjongkok. Perlahan-lahan kuarahkan senjataku
menuju lubang milik Desia.
Ketika kepala kemaluanku memasuki lubang itu, Desia
mendesis,
“Ssshh.., aahhk.., aduh enaknya..! Terus Mas, masukkan lagi
akhh..!”
Dengan pasti kumasukkan lebih dalam sambil sesekali menarik
sedikit dan mendorongnya lagi. Ada
kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
kenikmatan luar biasa yang kurasakan ketika aku melakukannya. Mungkin karena selama ini aku hanya melakukannya dengan isteriku, kali ini ada sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
Tanganku sekarang sudah meremas payudara Desia dengan lembut
sambil menSenapnya. Mulut Desia pun seperti megap-megap kenikmatan, seSena
kulumat bibir itu hingga Desia nyaris tidak dapat bernapas, kutindih dan
kudekap sekuat-kuatnya hingga Desia berontak.
Pelukanku semakin kuperketat, seolah-olah tidak akan lepas
lagi. Keringat sudah membasahi seluruh
tubuh kami. Seno dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah
petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Desia.
tubuh kami. Seno dan isteriku tidak kuperhatikan lagi. Yang kurasakan sekarang adalah sebuah
petualangan yang belum pernah kulalui sebelumnya. Pantatku masih naik turun di antara kedua paha Desia.
Luar biasa kemaluan Desia ini, seperti ada penyedot saja di
dalamnya. Kemaluanku seolah tertarik ke
dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Desia merem melek menikmati permainan ini.
dalam. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Desia merem melek menikmati permainan ini.
Erangannya tidak pernah putus, sementara helaan napasnya
memburu terengah-engah. Posisi sekarang berubah, Desia sekarang membungkuk
menghadap meja sambil memegang kedua sisi meja yang tadi tempat dia berbaring,
sementara saya dari belakangnya dengan berdiri memasukkan kemaluanku.
Hal ini cukup sulit, karena selain ukuran kemaluanku lumayan
besar, lubang kemaluan Desia juga semakin ketat karena membungkuk.
Kukangkangkan kaki Desia dengan cara melebarkan jarak antara
kedua kakinya. Perlahan kucoba memasukkan senjataku. Kali ini berhasil, tapi Desia
melenguh nyaring, perlahan-lahan kudorong kemaluanku sambil sesekali
menariknya.
Lubangnya terasa sempit sekali. Beberapa saat, tiba-tiba ada
cairan milik Desia membasahi lubang dan kemaluanku hingga terasa nikmat
sekarang. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku semakin
lincah, pantatku maju mundur beraturan. Sepertinya Desia pun menikmati gaya
ini.
Buah dada Desia bergoyang-goyang juga maju-mundur mengikuti
irama yang berasal dari pantatku. Kuremas buah dada itu, kulihat Desia sudah
tidak kuasa menahan sesuatu yang tidak kumenSenti apa itu. Erangannya semakin
panjang.
Kecepatan pun kutambah, goyangan pinggul Desia semakin kuat.
Tubuhku terasa semakin panas. Ada sesuatu yang terdorong dari dalam yang tidak
kuasa aku menahannya. Sepertinya menjalar menuju kemaluanku. Aku masih berusaha
menahannya.
SeSena aku mencabut kemaluanku dan membopong tubuh Desia ke tempat
yang lebih luas dan menyuruh Desia telentang di bentangan karpet. Secepatnya
aku menindihnya sambil menekuk kedua kakinya sampai kedua ujung lututnya
menempel ke perut, sehingga kini tampak kemaluan Desia menyembul mendongak ke
atas menantangku. SeSena kumasukkan senjataku kembali ke dalam lubang kemaluan Desia.
Pantatku kembali naik turun berirama, tapi kali ini lebih
kencang seperti akan mencapai finis saja.
Suara yang terdengar dari mulut Desia semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang
kulakukan padanya.
Suara yang terdengar dari mulut Desia semakin tidak karuan, seolah menikmati setiap sesuatu yang
kulakukan padanya.
Tiba-tiba Desia memelukku sekuat-kuatnya. Goyanganku pun
semakin menjadi. Aku pun berteriak sejadinya, terasa ada sesuatu keluar dari
kemaluanku. Desia menggigit leherku sekuat-kuatnya, seSena kurebut bibirnya dan
menggigitnya sekuatnya, Desia menjerit kesakitan sambil bergetar hebat.
Mulutku terasa asin, ternyata bibir Desia berdarah, tapi
seolah kami tidak memperdulikannya, kami
seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Seno dan isteriku ternyata juga sudah
mencapai puncaknya.
seolah terikat kuat dan berguling-guling di lantai. Di atas sofa Seno dan isteriku ternyata juga sudah
mencapai puncaknya.
Kulihat Nita tersenyum puas. Sementara Desia tidak mau
melepaskan kemaluanku dari dalam kemaluannya, kedua ujung tumit kakinya masih
menekan kedua pantatku. Tidak kusadari seluruh cairan yang keluar dari kemaluanku
masuk ke liang milik Desia. Kulihat Desia tidak memperdulikannya.
Perlahan-lahan otot-ototku mengendur, dan akhirnya
kemaluanku terlepas dari kemaluan Desia. Desia tersenyum puas, walau kelelahan
aku pun merasakan kenikmatan tiada tara. Nita juga tersenyum, hanya nampak
malu-malu. Kemudian memunguti pakaiannya dan menuju kamar mandi.
Hingga saat ini peristiwa itu masih jelas dalam ingatanku. Seno
dan Desia sekarang sudah pindah dan
kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah
melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Desia berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..
kembali ke Jakarta. Sesekali kami masih berhubungan lewat telepon. Mungkin aku tidak akan pernah
melupakan peristiwa itu. Pernah suatu waktu Desia berkunjung ke rumah kami, kebetulan aku tidak ada di rumah. Dia hanya ketemu dengan isteriku. Seandainya saja..

1 comments:
commentsObat Forex Asli
ReplyObat Forex
Forex Asli
Obat Forex Asli Di Banda Aceh
Obat Forex Asli Di Makassar
Obat Forex Asli Di Manado
Obat Forex Asli Di Pekanbaru
Obat Forex Asli Di Palembang
Obat Forex Asli Di Medan
Obat Forex Asli Di Samarinda
Obat Forex Asli Di Jakarta
Obat Forex Asli Di Tangerang
Obat Forex Asli Di Bandung
Obat Forex Asli Di Cirebon